Konjungsi Antarkalimat



Konjungsi Antarkalimat

Dalam kegiatan berbahasa sehari-hari, kita sering menggunakan konjungsi untuk mengaitkan satu ide dengan ide lainnya. Konjungsi yang digunakan untuk mengaitkan antara satu kalimat dan kalimat disebut sebagai konjungsi antarkalimat. Hal ini sejalan dengan pendapat Chaer (2011:126) bahwa konjungsi antarkalimat adalah konjungsi yang digunakan untuk menghubungkan kalimat dengan kalimat, bukan klausa dengan klausa. Oleh karena itu, pada bagian ini akan dibahas mengenai makna penghubung konjungsi antarkalimat berdasarkan pendapat Rahardi (2009) dan Chaer (2011).
Menurut Chaer (2011:126-130), dilihat dari makna penghubungan, konjungsi antarkalimat dapat dibedakan menjadi (1) kesimpulan, (2) pertentangan, (3) penambahan, (4) urutan, dan (5) penegasan.

1.      Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan tindakan atau kejadian dan kalimat kedua menyatakan kesimpulan dari kalimat-kalimat sebelumnya. Anggota konjungsi ini adalah jadi, maka itu, kalau begitu, oleh karena itulah, begitu, dengan demikian, dan itulah sebabnya. Konjungsi antarkalimat yang menyatakan kesimpulan dapat ditafsirkan sebagai kesimpulan sebab, kesimpulan akibat, kesimpulan jumlah, dan kesimpulan lain.

2.      Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan pertentangan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat yang pertama menyatakan suatu keadaan, suatu peristiwa, atau suatu tindakan, sedangkan kalimat kedua menyatakan kebalikan atau pertentangan terhadap kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah namun, namun demikian, namun begitu, akan tetapi, sebaliknya, meskipun demikian, meskipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, dan biarkan begitu.
Catatan: kata namun adalah konjungsi antarkalimat. Jadi, jangan digunakan sebagai konjungsi intrakalimat. Untuk konjungsi intrakalimat yang mempertentangkan, dapat digunakan kata tetapi.

3.      Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penambahan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan suatu keadaan, peristiwa, atau tindakan, sedangkan kalimat kedua “menambahkan” pengertian terhadap isi kalimat pertama. Yang menjadi anggota konjungsi ini adalah tambahan pula, tambahan lagi, demikian pula, begitu pula, selain itu, selain dari itu, malahan, tetapi juga, dan kecuali itu.

4.      Konjungsi antarkalimat yang menyatakan urutan
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan urutan kejadian atau peristiwa digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan suatu kejadian atau peristiwa, sedangkan kalimat kedua menyatakan kejadian atau peristiwa lain dalam urutan waktu tertentu dengan kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah setelah itu, sesudah itu, sebelum itu, selanjutnya, kemudian daripada itu, dan dalam waktu yang bersamaan.

5.      Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan
Konjungsi antarkalimat yang menyatakan penegasan digunakan untuk menghubungkan dua buah kalimat. Kalimat pertama menyatakan adanya suatu keadaan atau tindakan, sedangkan kalimat kedua menyatakan penegasan terhadap keadaan atau tindakan yang ada pada kalimat pertama. Anggota konjungsi ini adalah kata-kata lagi pula, apalagi, dan bahkan.

Rahardi (2009:113-114) mengatakan bahwa konjungsi antarkalimat beroperasi pada tataran yang berada di luar kalimat itu. Konjungsi ini menghubungkan antara ide yang ada dalam sebuah kalimat dan ide yang berada di dalam kalimat lain, sehingga disebut konjungsi antarkalimat. Konjungsi antarkalimat dapat menandai atau menghubungkan hubungan-hubungan makna berikut ini.
1.      Hubungan makna pertentangan dengan yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya, yaitu biarpun begitu, biarpun demikian, sekalipun demikian, sekalipun begitu, walaupun demikian, walaupun begitu, meskipun demikian, meskipun begitu, sungguhpun demikian, sungguhpun begitu, namun, akan tetapi.
2.      Hubungan makna kelanjutan dari kalimat yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya, yaitu kemudian, sesudah itu, setelah itu, selanjutnya.
3.      Hubungan makna bahwa terdapat peristiwa, hal, keadaan di luar dari yang dinyatakan sebelumnya, yaitu tambahan pula, lagi pula, selain itu.
4.      Hubungan makna kebalikan dari yang dinyatakan pada kalimat sebelumnya, yaitu sebaliknya, berbeda dari itu, kebalikannya.
5.      Hubungan makna kenyataan yang sesungguhnya, yaitu sesungguhnya, bahwasanya, sebenarnya.
6.      Hubungan makna yang menguatkan keadaan yang disampaikan sebelumnya, yaitu malah, malahan, bahkan.
7.      Hubungan makna yang menyatakan keeksklusifan dan keinklusifan, yaitu kecuali itu.
8.      Hubungan makna yang menyatakan konsekuensi, yaitu dengan demikian.
9.      Hubungan makna yang menyatakan kejadian yang mendahului hal yang dinyatakan sebelumnya, yaitu sebelum itu.

Daftar Pustaka
Chaer, Abdul. 2011. Tata Bahasa Praktis Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta.
Rahardi, Kunjana. 2009. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Penerbit Erlangga.


Popular posts from this blog

Kemasan Logam

KURIKULUM DAN BIDANG CAKUPANNYA

Ebook Javascript Gratis Bahasa Indonesia pdf (dasar)